Seperti dikutip dari Guardian, para dokter dan pakar teknologi di Inggris tengah mengembangkan perangkat kecil semacam kit pemeriksa kehamilan, yang bisa dengan cepat dan akurat mengecek apakah seseorang telah mengidap penyakit-penyakit kelamin seperti herpes, chlamydia, atau gonorrhoea (raja singa).
Cara kerjanya, tersangka pengidap penyakit seks menular itu musti menempatkan urine atau saliva (air liur) pada sebuah chip komputer seukuran chip USB, yang dipasang ke dalam ponsel atau komputer mereka.
Setelah itu, hasil diagnosa akan tersedia hanya dalam bilangan menit, lengkap dengan nama penyakit seks menular yang diidap. "Kini ponsel Anda pun bisa menjadi mobile doctor," kata Dr. Tariq Sadiq, dokter spesialis kesehatan seksual dan HIV dari University of London Saint George, yang memimpin proyek ini.
Menurut Sadiq, dengan alat ini, nantinya ponsel tak cuma bisa menunjukkan penyakit infeksi kelamin apa yang diderita, namun juga bisa menyarankan ke mana penderita bisa mendapatkan perawatan.
Alat ini merupakan salah satu upaya para pakar kesehatan Inggris untuk memperkecil penularan penyakit infeksi kelamin di negara itu. Inggris memang merupakan salah satu negara yang memiliki angka kehamilan di luar nikah dan infeksi penyakit kelamin tertinggi di kalangan remaja.
Tahun lalu, angka penularan penyakit infeksi kelamin di sana mencapai rekor tertinggi pada satu dekade belakangan, yakni 482.696 orang. Dua pertiga perempuan yang tertular penyakit kelamin, berusia di bawah usia 25 tahun. Sementara di kelompok usia yang sama, lebih dari setengah pria juga turut tertular.
"Kami perlu mencegah meningkatnya epidemi ini, yang kian hari terus bertambah parah," kata Sadiq. Salah satu penyebabnya adalah faktor rasa malu di kalangan anak muda untuk mengetahui apakah dirinya mengidap penyakit ini. Padahal, banyak di antara mereka tetap menjadi pembawa penyakit, kendati gejala yang mereka alami sudah hilang.
Proyek ini, disokong oleh beberapa lembaga pendanaan yang menginvestasikan sebesar 4 juta poundsterling atau Rp 56,6 miliar untuk pengembangan teknologi ini, melalui sebuah forum bernama UK Clinical Research Collaboration.
Rencananya, alat ini akan dibanderol antara 50 penny (sekitar Rp 7 ribu) hingga 1 poundsterling (Rp 14 ribu) di berbagai klab malam, apotik, supermarket, seperti halnya kondom. (Viva News)
0 comments:
Post a Comment