A
fourth-century B.C. Phoenician mask found in Tunisia displays a grin
not unlike those seen on victims of an ancient Phoenician "sardonic
grin" potion administered on the island of Sardinia. Scientists in May
2009 said they had finally uncovered the source of the potion's lethal,
smile-inducing effects: the hemlock water-dropwort plant.
Selama
ribuan tahun para ilmuwan masih diselimuti misteri soal bagaimana
mayat-mayat kuno di Kepulauan Sardinia rata-rata dalam kondisi wajah
tersenyum.
Sebagaimana
diberitakan National Geographic, Kamis (4/6) kini setelah 2.800 tahun
berlalu, mereka berhasil mengungkap bahwa ada bahan tanaman yang mampu
membuat orang bisa tersenyum menjelang ajalnya. Tanaman ini diduga dapat
membuat tampilan wajah si mayat seperti tersenyum. Sebelumnya, penulis
abad ke-8 SM Homer pernah menyebutkan istilah kata “Senyuman Sardonik”
yang diambil dari akar kata “Sardinia” dalam sejumlah tulisannya merujuk
pembunuhan ritual di pulau itu yang berakhir dengan wajah tersenyum.
Menurut
studi terkini, orang-orang tua di masa lalu yang diduga sudah tidak
bertahan hidup lagi dan mereka yang terlibat dalam kasus kriminal
“dicekoki dengan herba sardonik dan lantas dibunuh dengan cara
dijatuhkan dari bukit tinggi atau dipukuli hingga mati”.
Selama
berabad-abad identitas herba tersebut masih misteri. Namun, sebuah
studi yang dipimpin Giovanni Appendino bersama rekan-rekannya berhasil
menguak kandungan herba yang bisa membuat orang-orang yang akan mati itu
tersenyum pada sebuah tanaman yang disebut hemlock water-dropwort.
Tanaman
berbunga putih seperti batang-batang ini tumbuh di sepanjang kolam dan
sungai di beberapa bagian negara Italia. Sekitar satu dekade lalu,
seorang penggembala domba Sardinia melakukan aksi bunuh diri dengan
mengonsumsi tanaman hemlock water-dropwort sehingga mayatnya ditemukan
dalam kondisi tersenyum.
Kematian
ini membuat Mauro Ballero, pakar botani di University of Cagliari di
Sardinia untuk meneliti lebih lanjut setiap tanaman dropwort di pulau
itu. Penelitiannya dilanjutkan oleh Ballero bersama rekan-rekannya yang
meneliti struktur melekul toxin tanaman hemlock water-dropwort dan
menentukan dampaknya terhadap tubuh manusia.
Appendino,
pakar organik kimia di Universita degli Studi del Piemonte Orientale di
Italia menjelaskan, “Kandungan toxin yang sangat tinggi dan penyebab
gejala-gejalanya persis sama dengan yang diuraikan dalam catatan kuno
dan peninggalan mayat-mayat tersenyum sardonik.” Dikatakanya, tanaman
hemlock water-dropwort diketahui mengandung neurotoxin dan menurut kami
tanaman itulah yang dipakai orang-orang dulu.”
Selain
tanaman hemlock water-dropwort, ada juga tanaman lain yaitu hairy
buttercup (aka the Sardinian buttercup). Tapi, tanaman ini tidak tumbuh
di tempat-tempat lembab sebagaimana yang disebutkan dalam sejumlah teks
kuno dan juga tidak mengandung toxin yang kuat, jelas Appendino. Dia
menambahkan Sardinia adalah satu-satunya tempat di seluruh Mediterranean
yang ditumbuhi tanaman jenis hemlock water-dropwort.
Menurut
seorang kerabat korban yang mati itu, tanaman hemlock water-dropwort
sangat berbahaya disebabkan aroma dan rasanya yang sangat manis. “Pada
umumnya tanaman beracun itu pahit tapi hemlock water-dropwort memiliki
rasa yang manis. Dan ini merupakan kasus kedua tanaman beracun yang
dapat merangsang indera kita. Menurut Appendino, tanaman ini sangat
berguna untuk kosmetik sebab ia bisa merelaksasi otot dan menghilangkan
keriput-keriput di wajah. Temuan mereka ini dipaparkan di Journal of
Natural Products.
0 comments:
Post a Comment