Sebuah
organisasi yang menamakan diri Solidariti Anak Muda Malaysia (SAMM)
melaporkan Menteri Komunikasi dan Kebudayaan Malaysia, Datuk Rais Yatim
ke kepolisian Kuala Klawang, Negeri Sembilan, Malaysia dengan tuduhan
memperkosa tenaga kerja wanita (TKW) asal Indonesia. “Alasan kami adalah
untuk mendesak kepolisian agar menyelidiki dugaan-dugaan yang beredar
melalui internet bahwa Menteri (Rais Yatim) melakukan pemerkosaan itu
pada tahun 2007,” jelas Badrul Hisham Shaharin, koordinator SAMM,
seperti dilansir Kantor Berita Malaysia, Bernama, Rabu (5/1).
Kabar
yang beredar di blog-blog Malaysia menyebut, dugaan itu muncul dalam
kawat diplomatik yang dirilis situs pembocor WikiLeaks. Dua blog yang
membahasnya adalah bigdogdotcom.wordpress.com dan rockybru.com.my.
Dalam kedua blog tersebut dituliskan, Rais Yatim diduga memperkosa TKW Indonesia dan kasusnya ditutup. Diyakini perempuan itu telah kembali ke Indonesia dan bersembunyi dari sorotan media.
Dalam kedua blog tersebut dituliskan, Rais Yatim diduga memperkosa TKW Indonesia dan kasusnya ditutup. Diyakini perempuan itu telah kembali ke Indonesia dan bersembunyi dari sorotan media.
Kabar
ini juga dilansir salah satu situs berita Malaysia, Harakah Daily,
dengan mengutip bocoran data dari WikiLeaks. WikiLeaks dikabarkan
mengacu pada Rocky Bru, seorang bloger Malaysia yang juga mantan
Pemimpin Redaksi The Malaysia Mail, sebuah koran gratis di Malaysia.
Dalam blog Rocky Bru, muncul tautan (link) pada suatu dokumen mengenai
masalah yang menimpa seorang pembantu Indonesia, yang disebut berinisial
Rb asal Banjarnegara. Dokumen itu adalah laporan investigasi lembaga
pembela hak-hak pekerja asal Indonesia, Migrant Care.
“Kami
menginginkan pihak berwenang melakukan tindakan nyata, mengingat hal
ini berhubungan dengan reputasi negara ini,” imbuh Badrul. Ditegaskan
Badrul, investigasi polisi yang dilakukan juga bisa membersihkan nama
Rais Yatim. Menurutnya, seseorang tidak bersalah sampai ia terbukti
melakukan tindakan kriminal. “Bila polisi tidak menyelidiki kasus ini,
akan menimbulkan pertanyaan bahwa si pelaku yang seorang menteri kebal
hukum,” tandasnya.
Kepala
Polisi Kuala Klawang, Datuk Osman Salleh, membenarkan pihaknya telah
menerima laporan tersebut. Namun kepolisian akan melakukan penyelidikan
jika ada bukti-bukti yang kuat. Badrul mengatakan, sejatinya polisi
telah memiliki beberapa dokumen pendukung. Salah satunya laporan dari
Migrant Care pada bulan Juli 2007, yang berisi wawancara dengan korban
di kampung halamannya di Kabupaten Banjarnegara.
SAMM
memberi kepolisian waktu 14 hari untuk bertindak. “Kami menginginkan
kasus ini diselidiki secepat mungkin untuk melindungi citra negara kita
dan hubungan bilateral dengan Indonesia,” ujar Badrul. Sementara itu,
Rais Yatim membantah kabar dirinya memperkosa PRT Indonesia yang bekerja
di rumahnya. Ia menyebut tudingan itu sebagai ‘dugaan liar’. “Saya
menolak dugaan-dugaan itu, baik soal pemerkosaan terhadap seseorang
empat tahun lalu atau dugaan lain, yang beredar di internet ataupun
kelompok politik tertentu,” tegas Rais Yatim di Kuala Lumpur, Rabu
(5/1).
Menurut
mantan menteri luar negeri Malaysia ini, dugaan pemerkosaan yang
dirilis para bloger sama sekali tidak terkait dengan dokumen yang
diungguh WikiLeaks. Rais menyebut, dugaan itu bermotif politik yang
bertujuan menjatuhkan namanya. Rais merupakan salah satu menteri dari
koalisi partai berkuasa, Barisan Nasional.
“Pihak
oposisi dan pihak-pihak yang tidak senang dengan kebijakan pemerintah
saat ini malah berupaya mengeluarkan isu murahan ini. Mereka berharap
bisa mendapat perhatian publik dengan pesan ini,” ujar Rais Yatim kesal.
Menurutnya, publik digiring ke kasus baru yang melibatkan dirinya,
untuk mengalihkan perhatian dari kasus sodomi yang dilakukan mantan
pejabat Malaysia lainnya.
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur tengah memonitor beredarnya kabar pemerkosaan TKI tersebut. Meski demikian, isu itu dinilai sulit diusut lebih jauh.
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur tengah memonitor beredarnya kabar pemerkosaan TKI tersebut. Meski demikian, isu itu dinilai sulit diusut lebih jauh.
Kepada
VIVAnews.com, Kepala Penerangan KBRI Suryana Sastradipraja mengatakan,
kasus itu mengemuka belakangan ini di sebuah koran oposisi, Harakah
Daily. Namun, ia melanjutkan, kabar itu sejauh ini belum bisa dibuktikan
kebenarannya karena baru didasarkan pada laporan pihak ketiga. “Kami
sudah tahu, itu muncul tahun 2007, namun itu kan baru ‘katanya’ semua,”
ujar Sastradipraja, Rabu (5/1).
0 comments:
Post a Comment