Ketika Pelaku dan Korban Sama Sama Bengis
korban pembantaian Nazi german
Kita
mungkin masih ingat bagaimana dunia dibuat gempar dan semua mata
tertuju ke eropa pada saat Hitler dengan kendaraan politik NAZI nya
menghabisi yahudi dengan program Holocoust nya.Kejadian kemanusian yang
menurut saya bila di runtut kebelakang penuh dengan intrik, namun
terlepas dari itu semua nyawa tetaplah nyawa, sehembus nafas yang
bernama nyawa itu di masukan ke dalam tubuh manusia oleh Tuhan dan harus
direnggut pula oleh sesama dibungkus intrik politik sebuah golongan
rakus.kejadian itu kemudian merubah dunia dan membawa sebuah era baru
yang akhirnya tak lebih baik dari era pembantaian eropa tersebut.
Sebuah
negara dibuat dengan tujuan memulangkan kaum yahudi eropa ke tanah
palestina.Sebuah keputusan yang entah terpikir atau tidak oleh para
pengambil keputusan waktu itu, yang ternyata pada akhirnya membuat
sebuah pertikaian panjang tak berujung. Palestina, sebuah nama yang
memiliki sejarah panjang bagi tiga agama langit (samawi; Islam,
kristiani dan yahudi), merupakan sebuah wilayah yang selalu dibanjiri
oleh tangis dan air mata sejak berpuluh puluh abad silam. Di mulai dari
anjuran Perang Salib (crussader) dari Paus urban II yang konon merupakan
perang terpanjang dalam sejarah yang memakan waktu 200 tahun dan hingga
saat ini masih berlangsung pertikaian demi pertikaian.kota suci bagi 3
agama tersebut berada di situ, mulai dari Masjidil Aqsa, tembok ratapan
dan juga tempat lahirnya Yesus Kristus.kalau memang tujuan Agama yang
bertujuan untuk memiliki Palestina, mengapa sampai harus jatuh korban
dimana mana demi sebuah rumah ibadah yang dianggap suci? Intrik politik
dan kerakusan lah yang akhirnya memainkan peranannya di wailayah
ini.Banyak tujuan politik kotor bermain di tempat ini.
Kaum yahudi (zionisme) yang dulu dibantai di Eropa sekarang berubah menjadi pembantai di wilayah palestina, merebut sejengkal demi sejengkal wilayah yang ada.Pertanyaan saya, mengapa pelaku dan korban sama sama beringas?sebuah pertanyaan kecil yang mungkin layak kita renungkan bersama mulai saat ini
0 comments:
Post a Comment