Friday, November 5, 2010

Anak SMA diliburkan Namun siswa siswi ini membantu korban Merapi

Friday, November 5, 2010
Meski diliburkan akibat letusan Gunung Merapi, beberapa siswa SMA di Yogyakarta tidak lantas menghabiskan waktu untuk bermain-main. Banyak pelajar justru menggalang bantuan bagi para pengungsi.

Romo Bagus Dwiko SJ, Wakil Kepala Sekolah Bagian Kesiswaan SMA Kolese Johannes de Britto, bersama para siswa yang menjadi sukarelawan hari Jumat ini (5/11/2010) berusaha mendata lokasi-lokasi pengungsi yang belum mendapat bantuan dan mengirimkan bantuan bagi mereka.

"Anak-anak tadi kami sebarkan ke berbagai lokasi untuk mendata apa saja yang dibutuhkan pengungsi. Kami mencari pengungsian yang belum mendapatkan bantuan. Setelah data terkumpul, hari ini bantuan yang sudah diterima akan disalurkan," ujar Romo Dwiko kepada Kompas.com.

Pihak sekolah Kolese Johannes de Britto juga akan membuka aula mereka untuk menampung pengungsi apabila diperlukan. "Kami akan buka aula untuk pengungsi lanjut usia. Kalau memang dibutuhkan, pengungsi akan dijemput," papar Romo Dwiko.

"Kami juga membuka posko apabila ada warga masyarakat yang ingin memberikan bantuannya untuk pengungsi. Bantuan bisa berupa makanan, obat-obatan, selimut, ataupun pakaian," lanjutnya.

Butuh makanan siap makan

Sementara itu, para siswa yang survei di berbagai lokasi pengungsian mengungkapkan bahwa para pengungsi saat ini membutuhkan makanan siap makan. "Yang diperlukan adalah nasi yang sudah jadi. Pengungsi di Pangukan, Sleman, membutuhkan 3.000 makanan jadi. Mereka tidak memiliki dapur umum sehingga tidak bisa memasak," ujar Candraruna, seorang siswa De Britto yang melakukan survei ke daerah Turi, Sleman.

Pengungsian Pangukan ini, menurut Candraruna, sampai siang ini belum mendapat bantuan. "Belum ada makanan untuk makan siang," kata siswa yang sebelumnya mencari-cari lokasi pengungsi di SD Negeri Turi, tetapi ternyata sudah dipindahkan ke lokasi yang lebih aman.

Selain ke Pangukan, siswa-siswa lain mendata kebutuhan pengungsi di Prambanan, Muntilan, sekolah Van Lith, dan lainnya. "Intinya, kami mencari lokasi yang masih belum mendapat bantuan," ujarnya.

Mengenai proses belajar-mengajar, apakah para siswa tidak terganggu apabila sekolahnya dijadikan posko dan menampung pengungsi? Kata Romo Dwiko, " Kami, kan tidak selalu menggunakan aula itu. Lagipula kami biasa belajar dalam suasana yang ramai. Jadi tidak ada masalah."(kompas) Cara Cepat HamilCafe Bisnis OnlineProgram Affiliate IndowebmakerProgram Affiliate Indowebmaker Rahasia Flip Klik Disini
Tempat Download Film BokepPayudaraTubuh Sexy Wanita Berbalut HandukMengigit

0 comments:

Post a Comment